Lebih dekat dengan Budaya Tradisional Kota Bandung melalui Perjalanan Perasaan di Teras Majang oleh Majangdara

Penulis : Annisa Apriliana

Setelah mengadakan pre-event Majang Raramean di Kiara Artha Park, Majangdara berhasil mengadakan main event Teras Majang pada hari Kamis (30/5) di Telkom University, Bandung.

Majangdara (Manggala Ajang Kabudayaan) merupakan sebuah komunitas yang menjadi wadah acara untuk memperkenalkan Kota Bandung sebagai Kota Budaya Tradisional. Majangdara berfokus pada penghiasan, penyelamatan, dan pelestarian budaya tradisional Kota Bandung, khususnya pada Benjang dan Bandrek. Majangdara memiliki panggilan khusus untuk para audiens nya yaitu SoDara (Sobat Majangdara).

Teras Majang merupakan akronim dari “Tempat Ekspresi Rasa Majang”. Berbagai rasa yang tercipta haruslah dapat dinikmati dan dimaknai oleh masyarakat Bandung sebagai upaya pelestarian budaya tradisional Kota Bandung. Teras Majang adalah acara dengan tujuan untuk membangun emotional connection dengan para SoDara.

Teras Majang mengambil empat perasaan yaitu rasa pilu, rasa damai, rasa bahagia, dan rasa bangga. Didalam booth Teras Majang terdapat empat perasaan tersebut yang dibagi menjadi empat bagian di dalam boothnya, yaitu :
Majang Ngilu : Membawa rasa pilu akan memudarnya eksistensi budaya dengan mengulas balik dalam sebuah tontonan.
Majang Asih : Rasa damai yang timbul akibat satu sruputan bandrek.
⁠Majang Saka Sukur ing Aksa : Rasa bahagia dalam keberkahan dan membawa rasa bahagia untuk menghibur Sodara dengan bermain tebak bahan bandrek dan tebak kartu benjang.
Majang Mulya : Rasa bangga yang timbul karena telah berkontribusi meningkatkan eksistensi budaya benjangan melalui kreativitas seni menggambar dan melukis topeng benjang.

Adapun kegiatan lain yaitu SoDara bisa mendapatkan hadiah melalui plinko dan dapat mengabadikan momen di photobooth yang telah disediakan oleh Majangdara.

Pada acara Teras Majang, tidak hanya booth. Majangdara menampilkan Teater dengan judul “Ngalalana Dina Rarasa” yang artinya Berkelana dalam Perasaan. Teater ini memiliki tujuan untuk mengangkat kembali budaya tradisional Kota Bandung yang hampir punah. Dalam penampilan teater Ngalalana Dina Rarasa, terdapat penampilan dari Rampak Kendang dan Tari Topeng Benjang. Penampilan teater ditutup oleh Flashmob dengan tema Kebudayaan dan lagu dari jingle Majangdara.

“Alhamdulillah, Teras Majang berjalan sukses. Kami kembali berhasil mengenalkan budaya benjang dan minuman bandrek kepada audiens baru melalui event teras majang kemarin. Respon audiens yang datang ke booth kami memberikan respon yang sangat baik, terlihat dari surat-surat kesan pesan yang mereka berikan kepada kami. Tidak hanya itu, penampilan kami juga disambut meriah oleh para audiens yang datang. Hal tersebut tentunya adalah menjadi hal yang sangat membanggakan bagi kami, bahwa budaya yang kami angkat mendapatkan respon yang sangat baik bagi para audiens. Harapan kami adalah semoga pelestarian budaya ini tidak pernah berhenti, selamanya.” tutur Sutan Rama Fazra selaku Project Manager dari Majangdara.

Sulthan Dzaky selaku Vice Project dari Majangdara menambahkan “Teras Majang yang sudah kami siapkan Alhamdulillah mencapai lebih dari 120 pengunjung dan bahan-bahan yang kami siapkan pun habis. Selain itu pertunjukkan yang kami siapkan pun disambut dengan antusiasme penonton dan diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah. Saya harap melalui kegiatan yang kami siapkan mulai dari pre event kami yaitu “Majang Raramean” hingga main event kami yaitu “Teras Majang” dan pertunjukkan “Ngalalana Dina Rarasa” kami mampu mencapai misi kami yaitu meningkatkan salah satu seni tradisional yang berasal dari Bandung yaitu Tari Topeng Benjang dan budaya minum bandrek.”

Harapan Majangdara dengan adanya Teras Majang, audiens bisa mengetahui dan mengenal lebih dalam mengenai Budaya Tradisional Kota Bandung khususnya Tari Topeng Benjang dan Minuman Bandrek, serta melestarikan kembali budaya tersebut.

 

Dipublikasikan oleh eventapaaja